0

Fanfiction Lee Jong Suk, Kim So Hyun, Kim Woo Bin dan Go Ara Chapter 1

Posted by Enggar Putri on 05.25
JASMINE IN YOUR HUG

Chapter 1


Main Cast : Lee Jong Suk, Kim So Hyun, Kim Woo Bin, Go Ara
Genre : Romance, Family
Author : Enggar Putri

Kutipan :
"Melihat ulang tahun pernikahan ketua Hwankim Group tersebut, Go Ah Ra tersadar bahwa Lee Jong Suk adalah saudara tiri mereka. Tapi kenapa keluarga mereka terlihat sangat bahagia dan sangat dekat di banding keluarga-keluarga orang lain? Itu lah pertanyaan dalam hati Go Ah Ra."

Selamat membaca, terima kasih telah meluangkan waktu. Semoga bisa menghibur, dan sebagai pembaca yang baik mohon tinggalkan kritik dan saran untuk fanfiction saya ini karena baru kedua kalinya ini saya membuat sebuah fanfiction. Terima kasih tidak menjiplak, menyadur, atau mengcopy seenaknya, tolong hargai penulis. Maaf jika ada kesalahan dalam penulisan kata. Happy reading :)

Chapter 1

New York, 2016


‘Aku ingin seperti hujan yang datang di pagi ini karena hujan mampu memberikan kesejukan kepada setiap orang. Aku juga ingin seperti mentari pagi ini yang setia bersinar walaupun sinarnya tertutup oleh awan. Dan yang aku inginkan setiap hari, aku ingin menjadi Jasmine. Ya, aku ingin seperti melati-melati yang dibasahi air hujan ini. Aku ingin seperti melati putih, walaupun kecil tapi mencolok. Yang selalu hidup dalam kesederhanaannya. Aku ingin seperti melati putih yang mekar tanpa noda, yang tidak pernah berdusta dengan apa yang ditampakkannya. Aku selalu ingin menjadi melati putih yang tidak pernah berhenti menyebarkan aromanya yang harum nan lembut. Aku sangat ingin mejadi melati yang selama ini berguna bagi setiap manusia, bukan hanya saat dia mekar tapi ketika masih kuncup dan saat sudah layu gugur ke tanah. Aku benar-benar ingin sepertinya.’

Dia sangat menikmati suasana pagi itu. Dia menulis beberapa baris kalimat di buku hariannya sambil duduk di kursi yang berada sejajar dengan pintu kaca kamarnya. Memandangi melati-melatinya yang terguyur hujan. Hatinya bergelora, ingin sekali dia  berhujan-hujanan bersama melati-melatinya. Merasakan dentuman setiap tetesan hujan yang turun di depannya dan membayangkan kalau dia bisa menatap ke langit di tengah-tengah hujan. Tapi itu tidak mungkin, fikirnya.

“Sampai kapan kamu akan memandanginya tanpa berkedip seperti itu?” Tanya laki-laki yang bersandar di rajang sampingnya duduk dan membuat konsentrasinya memandang hujan sedikit terganggu, dia adalah Lee Jong Suk.

“Lalu bagaimana dengan Oppa? Bukankah Oppa juga memandangiku dari tadi?” Gadis cantik yang baru berumur 17 tahun itu berbalik bertanya sembari menutup buku hariaannya.

“Oppa hanya tidak ingin mengganggumu.” Jawab Jong Suk.

“Dasar. Cepetan bangun gih. Dokter macam apa yang jam segini baru bangun?” Yeojja yang bernama Kim So Hyun tersebut bergegas merapikan ranjang bekas Jong Suk tidur dan memunguti melati-melati yang berada di ranjang dan mejanya. Memang aneh, tapi  setiap hari dia memang selalu memetik melati-melatinya dan menaruhnya di kamarnya.

Jong Suk berdiri berjalan keluar kamar dan menghelai nafas panjang. Memandangi hujan yang semakin reda. “Bukankah salah satu cara menikmati sejuknya hujan adalah tidur?”

“Oppa selalu bilang ga suka melati dan marah kalau So Hyun menaburnya di kamar. Tapi kenapa Oppa bisa tidur dengan sebegitu nyenyaknya?” Ejek So Hyun.

“Ya! Jangan salah paham, kalau bukan karena sangking capeknya Oppa juga ga mungkin tertidur di kamar kamu.” Jawab Jong Suk menoleh ke arah So Hyun.

“Jinja? Jadi, besok kita beneran pulang kan?” So Hyun membuang melati-melati yang sudah layu ke tong sampah.

“Kita pulang bulan depan saja. Gimana kalau di Korea kamu ngedrop lagi seperti semalem?” Kata Jong Suk.

“Aniyo, Oppa please? So Hyun ga betah di sini. Lusa kan aniv pernikan Eomma sama Appa. Semua barang juga udah So Hyun kemas. Bukankah Oppa sudah beli tiket?” So Hyun berdiri di samping Jong Suk dan nyengir di depannya. Dia berusaha merayu kakaknya itu.

“Siro!” Sahut Jong Suk.

Ekpresi So Hyun menjadi berbeda, yang sedari pagi dia tersenyum bahagia berubah jadi murung. Dia meninggalkan Jong Suk begitu saja dan masuk ke dalam kamar. Keinginannya yang menggebu-gebu secara singkat sirna karena omongan kakaknya itu. Sudah satu tahun lebih dia meninggalkan Korea, meninggalkan kedua orang tuanya dan salah seorang kakaknya lagi.

Jong Suk masih berdiri di tempatnya dan memandang ke langit. Entah apa yang difikirkannya, dia tampak merasa bersalah kepada So Hyun. Sebenarnya dia tidak tega menolak permintaan dongsaengnya itu. Tapi demi kebaikan So Hyun dia harus tegas kepada adik perempuan satu-satunya itu.

Sejenak dia memejamkan mata, tiba-tiba So Hyun memeluknya dari belakang. “Ya! Apa yang kamu lakukan?” Tanya Jong Suk.

“Sebentar saja Oppa.” So Hyun memeluknya begitu erat dan lama. Sampai beberapa waktu mereka masih terdiam.

“Oppa, gumawo.” Terusnya.

“Kamu ingin merayu Oppa lagi?”

“Ani.” Ucap So Hyun masih memeluk Jong Suk dan menyandarkan kepalanya di pundak Jongsuk.

“Apa kamu tahu? Sikap kamu yang melas kaya gini tuh lebih nakutin daripada sifat asli kamu yang bawel dan ga mau ngalah kaya biasanya. Arrasoyo kita pulang besok, jadi lepasin tangan kamu.” Jelas Jong Suk.

Dia tersenyum di balik punggung Jong Suk. Begitulah dia merayu kakak yang di sayanginya itu. Baginya menderita penyakit kanker darah adalah kehendak Tuhan yang membuat hidupnya lebih bermakna dan lebih bahagia dibanding orang lain. Karena leukimia dia mengenal Jong Suk, karena leukimia dia memiliki kakak tiri seorang dokter yang kata orang pendiam tapi sangat cerewet di depannya dan karena leukimia juga kakak tirinya itu selalu berada di sampingnya.

“Biasanya Oppa yang selalu meluk So Hyun. Sekarang, biarkan beberapa saat So Hyun yang meluk Oppa. Mungkin di Korea nanti So Hyun tidak bisa sering-sering memeluk Oppa seperti ini.”


***


Seul, 2016


            Kim Woo Bin duduk di lobi sebuah perusahaan besar. Beberapa orang terlihat heran melihatnya, pasalnya di datang masih memakai seragam militer kebesarannya. Bukan hanya itu dia datang membawa tas ransel yang terlihat berat entah apa itu isinya. Ya, dia datang ke perusahaan Ayahnya. Siapa sangka anak seorang chaebol Ketua Hwankim Group (maaf groupnya menghayal hahaha) adalah seorang tentara.

            Seorang karyawan perempuan yang terlihat anggun dengan baju kerjanya, datang menghampiri Woo Bin. “Woo Bin-Ssi?” Tanyanya.

Woo Bin tersenyum dan menjawab, “Ne”.

“Sajangnim sudah menunggu di ruangannya. Silahkan ikuti saya.” Kata wanita yang bernama Go Ah Ra itu.

Mereka berjalan menuju lift, Woo Bin yang berjalan di samping Ah Ra terus memandanginya. Sampai di dalam lift, Woo Bin memulai pembicaraan.

“Apa anda bagian Personalia?” Tanya Woo Bin memulai pembicaraan.

“Bukan. Saya Manager Departemen Marketing.” Jelas Ah Ra dengan senyum manis.

“Lalu kenapa bukan bagian resepsionis yang mengantar saya?” Tanya Woo Bin lagi.

“Beliau Bapak Ketua yang meminta saya untuk menjemput anda. Maaf jika saya tidak sopan, ada keperluan apa anda datang ke perusahaan kami? Baru sekali ini kami kedatangan tamu seorang militer seperti anda.”

“Hanya beberapa urusan.” Jawab Woo Bin singkat.

 Bukan sebuah kebetulan dia bertemu dengan gadis yang disukainya. Gadis yang beberapa tahun sering dia temui di perusahaan Ayahnya itu, tapi sampai sekarang gadis itu belum mengenalinya.

“Haboeji pasti sudah merencanakannya.” Kata Woo Bin memulai pembicaraan di dalam ruangan Ayahnya.

“Sejak kapan kamu menjadi pengecut? Sampai sekarang kamu masih belum mengajaknya berkenalan? Jadi kamu datang kesini untuk menemuiku atau menemui manager Go?” Tanya Ayahnya.

“Bagaimana Haboeji bisa tahu? Hahahah”

“Kau ini anakku jelas aku tahu. Setiap datang ke sini, dialah yang kamu tanyakan.”

Mereka melakukan pembicaraan begitu hangat. Pembicaraan antara seorang Ayah dan putranya. Begitulah ketika mereka sudah bertemu, karena besoknya belum tentu mereka bertemu lagi. Woo Bin tidak setiap saat ada di rumah. Bahkan sebagian besar hidupnya dia gunakan untuk mengabdi kepada negara.

Dia adalah anak tertua di keluarganya dan seharusnya menjadi pewaris Hwankim Group. Tapi Ayahnya adalah Ayah yang bijaksana. Dia tidak pernah mengekang anak-anaknya dan membiarkan anaknya memilih jalannya sendiri.

Sebenarnya dia datang ke perusahaan Ayahnya itu untuk membagikan undangan ulang tahun pernikahan Ayah dan Ibunya secara diam-diam. Dia mengundang direktur, manager dan beberapa teman dekat Ayahnya begitupun suadara-saudaranya. Dia ingin memberikan surprise party untuk kedua orang tuanya.

Yang kebetulan saat itu dia juga tahu kalau kedua adiknya akan segera kembali ke Korea.


***


Woo Bin terbangun dari tidurnya. Kali ini dia memang sengaja bangun siang, karena jarang-jarang dia bisa bermalas-malasan seperti itu. Rambutnya masih acak-acakan, dia turun menyusuri tangga sembari melihat Ibunya sibuk di dapur dan Ayahnya sibuk merapikan melati-melati yang di tanam di dalam rumah di samping ruang keluarga. Di mana di ruang samping ruang keluarga itu sengaja dibuat taman tanpa atap, sehingga jika hujan maka air akan turun dan menyatukan suasana alam yang sejuk dan ruang keluarga yang hangat. Tidak lupa air mancur buatan pun di taruh di sela-sela tanaman melati itu dan di tengahnya ada kolam ikan kecil.

“Omo, sejak kapan ada taman di dalam rumah ini? Haboeji seperti anak kecil saja.” Kata Woo Bin melihat kegiatan Ayahnya dan duduk di kursi ruang makan. Sudah banyak makanan yang di hidangkan oleh Ibunya.

“Ini untuk adikmu.” Jawab Ayahnya menyiram melati-melati tersebut.

“Kenapa Haboeji selalu memanjakannya seperti anak kecil saja? Umurnya sudah 17 tahun.” Ucap Woo Bin, dia mencium bau makanan-makanan yang di hidangkan di depannya. “Apa ini makanan sengaja Eomma buat untuk menyambut kedatanganku?” Terusnya.

“Ani. Ini untuk menyambut adik kesayanganmu, So Hyun.” Senyum Ibunya sambil memasak di bantu oleh para pelayan.

“So Hyun kan ga boleh makan makanan seperti ini.” Kata Woo Bin sambil mencicipi.

“Benar. Boleh kamu habiskan tapi tunggu sampai dia datang.” Jawab Ibunya.

“Jadi jam berapa dia akan pulang?” Tanya Woo Bin.

Belum sempat Ibunya itu menjawab pertanyaan Woo Bin, So Hyun sudah datang di hadapan mereka.

“Ya Oppa! Bukankah Oppa sudah keterlaluan? Kenapa Oppa tidak membaca dan mengangkat telefonku?” So Hyun langsung menghampiri Woo Bin dan menepuk dengan keras pundak kakaknya.

“So Hyun-ah, Aphayo! Jangan selalu melakukan kebiasan burukmu itu pada kakakmu ini. Hp Oppa ada di atas jadi Oppa ga ngerti kalau kamu nelfon Oppa.” Jawab Woo Bin.

“Sudahlah. Kenapa kalian masih saja bertengkar seperti anak kecil.” Sahut Ibunya sambil membawa makanan ke meja makan.

So Hyun mengejek Woo Bin dengan menunjukkan muka manyunnya dan memeluk Ibunya.  “Eommoni, So Hyun kangen.”

“Iya, Eomma juga kangen sama kamu. Duduklah Eomma masakin spesial buat kamu.” Balas Ibunya.

 “Di mana Jong Suk?” Tanya Ayahnya.

“Anyyeong.” Jong Suk datang terlambat dengan membawa banyak barang di bantu oleh para pelayan.

Woo Bin bertanya pada So Hyun, “Kenapa tidak kamu bawa sendiri barang-barangmu malah menyuruh Oppamu itu yang membawanya?”

“Begitulah adikmu itu Hyung.” Sahut Jong Suk tersenyum sinis pada So Hyun.

“Ara, Arassoyo So Hyun akan membawanya ke atas.” Jawabnya ketus menghampiri Jong Suk, bersama-sama mereka membawa barang ke kamar So Hyun.

Sampai di kamar dia tersenyum-senyum sendiri melihat isi kamarnya. Di sebelah kanan ada ranjang miliknya. Di sebelah kiri rak buku yang lumayan besar terisi oleh buku-buku yang di koleksinya. Dan seluruh dindingnya yang terkesan ramai berisi poster-poster artis Korea, foto Lee Min Ho, foto Park Bo Gum, foto Super Junior, foto Exo dan beberapa foto boyband lainnya mengisi seluruh ruangan kamarnya. Kemudian dia membuka kopernya dan membuka poster Song Joong Ki yang ia gulung.

Jong Suk pun hanya mengelengkan kepala melihat semua itu, “Benar-benar ABG Alay.” Cetus Jong Suk.

“Ya! Jangan mengejekku seperti itu, Oppa juga pasti pernah mengalaminya waktu masih SMA.” Jawab So Hyun.

“Hm.. Molla. Oppa harus pergi ke rumah sakit pagi ini. Jadi sisanya kamu beresin sendiri.” Jawab Jong Suk balik.

“Baru pulang udah ke rumah sakit? Oppa ini manusia apa robot, emang ga capek? Jangan lupa nanti malem acara ulang tahun pernikahan Eomma dan Appa.”

“Siap.”

Jong suk meninggalkan So Hyun di kamarnya. So Hyun langsung duduk dan berbaring di atas ranjangnya sambil menatap atap. Kamar hangat yang sangat di rindukannya, kamar yang menjadi temannya ketika kesakitan, kamar yang mejadi temannya juga ketika dia bahagia. Selama hampir 16 tahun dia menghabiskan waktunya di kamar itu. Membaca dan menulis buku itulah yang dilakukannya ketika bosan.

Bahkan novel dan cerita anak yang di tulis dan diterbitkannya sudah tersebar di Korea. Ketika di Amerika pun dia sudah menerbitkan beberapa buku dengan bahasa Inggris. Walaupun dia tidak pernah pergi bersekolah tapi dia cukup pintar bahkan lebih pintar dari teman-teman sebayanya yang sekolah. Semenjak dia didiagnosa terkena penyakit tersebut Ayahnya melarangnya bersekolah dan menyuruhnya untuk les privat di rumah. Itu tidak buruk baginya, namun kadang dia sesekali ingin pergi ke sekolah dan memiliki banyak teman.

“So Hyun-ah. Cepetan turun, kamu mau makan atau tidak?” Teriak Woo Bin.

Dia pun bergegas turun ke bawah. Saat di tangga dia baru melihat bahwa ada pohon melati di dalam rumahnya.

“Chota!” Ucapnya berjalan perlahan menuruni tangga, melihat melati-melati tersebut terkena kilauan cahaya matahari yang dipantulkan air dari kolam ikan.

Lalu dia berlari menghampiri Ayahnya dan menciumi bau melati-melati yang sedang mekar pagi itu. “Segarnya.” Ucapnya.

“Oppa punya tiket super junior. Kamu mau?” Kata Woo Bin masih asyik duduk di meja makan.

“Jinja?” So Hyun teralihkan.

“Oppa tuker sama melati-melati kamu itu.”

“Siro!” Teriak So Hyun.


***


Malam pun tiba. So Hyun sudah cantik mengenakan setelah kemeja dan rok pendek putihnya dan beberapa bunga melati asli yang dia hiaskan di rambutnya. Begitupun Woo Bin dia tampak gagah mengenakan jas hitam dan celana hitam dengan dasi kupu-kupu di lehernya dan rambutnya yang dia beri sedikit minyak rambut terlihat lebih maskulin. Sementara itu Jong Suk baru saja datang, dengan rambut belah tengahnya. Tampilannya biasa saja tapi terlihat cocok dengan stylenya.

“Apa sudah siap?” Tanya Jong Suk kepada So Hyun dan Woo Bin yang duduk di ruang keluarga. Mereka mengelengkan kepala.

Sesaat kemudian datanglah Ibu dan Ayah mereka.

“Kenapa Eomma sama Appa lama sekali sih.” So Hyun tampak kesal.

“Mianhae semuanya. Bukankah seharusnya Eomma terlihat cantik hari ini? Jadi, di mana kita akan makam malam?” Tanya Ibunya.

“Kita makan malam di belakang rumah saja.” Jawab Woo Bin.

“Di rumah? Siapa yang akan masak? Kita makan di luar saja khusus hari ini.” Sahut Ayahnya.

“Aniyo, kita makan di taman belakang rumah saja.” Tegas So Hyun.

Ayah dan Ibunya tampak kecewa. Pasalnya mereka sudah tampil berbeda untuk merayakan hari ulang tahun pernikahan mereka dan makam malam bersama di restoran besama-sama akan tetapi anak-anaknya meminta untuk makan di rumah.

Mereka pun berjalan berjalan bersama menuju taman di samping kolam renang belakang rumah mereka. Sang Ayah dan Ibunya tampak berbicara satu sama lain. So Hyun pun sibuk bercanda dan tertawa dengan Woo Bin. Dan Jong Suk, dia hanya diam sambil berjalan di belakang mereka.

“Kita makan di sini? Dan kalian belum menyiapkannya? Gelap-gelapan seperti ini?” Tanya Ayahnya.

So Hyun mengangguk, “Lalu apa yang kita makan? Tidak ada makanan di sini.” Lanjut Ibunya.

Kemudian lampu taman tiba-tiba hidup, juga lampu-lampu kecil yang dihiaskan di ranting-ranting pepohonan.

“Happy Anniversary!” Teriak semua orang yang datang membuat suasana sepi menjadi meriah.

Ayah dan Ibu mereka pun tampak syok, mereka sepertinya tidak percaya. Ternyata anak-anaknya memberikan kejutan yang sebegitu meriahnya bagi mereka. Para pelayan pun berdatangan menyiapkan dan menghidangkan banyak makanan di atas meja.

Ibunya pun tak kuasa membendung kebahagiaan air mata menetes dari matanya.

“Ya Eomma! Jangan nangis. Selamat hari pernikahan kalian satu dekade. Semoga kalian di beri umur panjang sampai bisa ngeliat So Hyun, Jong Suk Oppa dan Woo Bin Oppa sukses nantinya.” So Hyun memeluk hangat Ibunya lalu Ayahnya.

Begitu pula dengan Woo Bin dan Jong Suk. Juga para tamu undangan, satu per satu mereka mengucapkan selamat dan mendo’akan kedua orang tua mereka. Sampai akhirnya orang tua mereka sibuk berbincang-bincang dengan para tamu undangan.

So Hyun dan Woo Bin mengambil microphone.

“Test test.” Ucap So Hyun mengetes microphone membuat perhatian semua orang tertuju padanya.

“Selamat malam semuanya. Kami ucapkan terima kasih kerena sudah menerima undangan kami dan meluangkan waktu untuk datang ke sini. Kami juga mengucapkan selamat hari pernikahan yang ke 10 tahun untuk Haboeji dan Eomma kami tercinta. Semoga langgeng sampai maut memisahkan dan tetaplah jadi orang tua yang baik untuk kami. Woo Bin, So Hyun dan Jong Suk sangat menyayangi kalian.” Kata Woo Bin.

“Walaupun suara kami sedikit fals, tapi malam ini kami akan mencoba mempersembahkan yang terbaik untuk orang tua kami. Kami akan menyanyikan lagunya Jeff Bernat yang judulnya Be The One (Ini lagu beneran bagus hehe bukannya mau promosi sih. Yang tahu drama Fated To Love You pasti tahu Ost ini). Lagu romantis ini kami persembahkan untuk Orang tua kami.” Terus So Hyun.

Jong Suk lalu datang di tengah-tengah mereka dan duduk di depan piano. Kemudian memainkan jari-jarinya mencipatakan alunan nada lagu Be The One yang indah. Sedangkan So Hyun dan Woo Bin terhanyut menyanyi dalam alunan nada yang indah itu.

Semua mata pun tertuju pada mereka. Suanana yang semulai ramai menjadi hening. Mereka tampak terpesona dengan penampilan Lee Jong Suk. Dokter yang di kenal pendiam dan aneh itu rupanya jago bermain piano.

Go Ah Ra yang sejak tadi berada di tempat itu pun tanpa berkedip memandangi Jong Suk. Yah, Woo Bin lah yang ternyata yang mengundangnya. Dia baru tahu kalau laki-laki yang di temuinya di kantor waktu itu adalah putra pemilik Hwankim Group.

Melihat ulang tahun pernikahan ketua Hwankim Group tersebut, Go Ah Ra tersadar bahwa Lee Jong Suk adalah saudara tiri mereka. Tapi kenapa keluarga mereka terlihat sangat bahagia dan sangat dekat di banding keluarga-keluarga orang lain? Itu lah pertanyaan dalam hati Go Ah Ra.

Matanya masih tertuju pada Lee Jong Suk. Seorang dokter teladan di Rumah Sakit Kimbae milik Hwankim Group. Dokter lulusan S2 Harvard University di Cambrigde. Yang sering menjadi relawan apabila terjadi bencana alam di berbagai negara. Ah Ra terkagum-kagum. Karena selain dirinya, banyak orang yang belum tahu bahwa dokter tersebut adalah anak tiri dari Ketua Kim.

Hari pun semakin malam, banyak tamu undangan yang sudah pulang. Tapi banyak pula yang masih berbicang-bincang satu sama lain. Tiba-tiba hujan datang menggujur. Hujan yang datang tanpa di sadari oleh semua orang. Mereka berlarian mencari tempat teduh, banyak pula yang berpamitan.

Malam itu So Hyun tak sengaja sendirian. Di sela-sela acara ulang tahun orang tuanya itu dia sibuk mengamati melati-melati yang di tanamnya dulu di belakang rumah. Sekarang melati itu semakin banyak. Di saat semua orang berhamburan karena rintik hujan, dia masih berdiri di tempatnya. Untuk pertama kalinya dia merasakan tetesan air hujan.

Dia menatap ke arah langit, dan menengadahkan kedua telapak tangannya. Dia bahkan lupa bagaimana rasanya hujan-hujanan. Hujan pertama yang dia rasakan semenjak didiagnosa terkena leukimia. Dia menutup kedua matanya dan tersenyum merasakan setiap tetesan air hujan yang membasahi wajah dan seluruh tubuhnya. Dia sangat menikmatinya.

Dan saat dia membuka mata, Lee Jong Suk berada beberapa meter di depannya membawa sebuah payung.

“Oppa.” Kata So Hyun.

Jong Suk terdiam dengan muka datarnya. Wajahnya serius, dia memandang So Hyun tanpa berkedip.

“Oppa.” Ucap So Hyun sekali lagi.

Tapi Jong Suk masih diam. Dia malah meninggalkan So Hyun begitu saja. Ah Ra yang melihat kejadian tersebut pun ternganga. Dalam fikirannya, Jong Suk benar-benar aneh seperti yang orang-orang bicarakan.

So Hyun tertunduk dalam hujan. Kakaknya itu pasti marah besar padanya.

“Ya! So Hyun-ah! Kenapa kamu hujan-hujanan seperti ini.” Woo Bin datang dengan mencopot Jasnya berusaha melindungi So Hyun dari hujan dan mengajaknya berteduh.


***
Apakah Lee Jong Suk benar-benar marah? Bagaimana juga reaksi Go Ara melihat Jong Suk? Tunggu ya Chapter selanjutnya. Terima kasih sudah membaca. Di bawah ini saya post poster Chapter 2nya, bye bye.


0 Comments

Copyright © 2009 Anything All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.