0
Fanfiction Lee Jong Suk, Kim So Hyun, Kim Woo Bin dan Go Ara Chapter 1
Posted by Enggar Putri
on
05.25
JASMINE IN YOUR HUG
Chapter 1
Main Cast : Lee Jong Suk, Kim So Hyun, Kim Woo Bin, Go Ara
Genre : Romance, Family
Author : Enggar Putri
Kutipan :
"Melihat ulang
tahun pernikahan ketua Hwankim Group tersebut, Go Ah Ra tersadar bahwa Lee Jong
Suk adalah saudara tiri mereka. Tapi kenapa keluarga mereka terlihat sangat
bahagia dan sangat dekat di banding keluarga-keluarga orang lain? Itu lah
pertanyaan dalam hati Go Ah Ra."
Selamat membaca, terima kasih telah meluangkan waktu. Semoga bisa menghibur, dan sebagai pembaca yang baik mohon tinggalkan kritik dan saran untuk fanfiction saya ini karena baru kedua kalinya ini saya membuat sebuah fanfiction. Terima kasih tidak menjiplak, menyadur, atau mengcopy seenaknya, tolong hargai penulis. Maaf jika ada kesalahan dalam penulisan kata. Happy reading :)
Chapter 1
New
York, 2016
‘Aku ingin
seperti hujan yang datang di pagi ini karena hujan mampu memberikan kesejukan
kepada setiap orang. Aku juga ingin seperti mentari pagi ini yang setia
bersinar walaupun sinarnya tertutup oleh awan. Dan yang aku inginkan setiap
hari, aku ingin menjadi Jasmine. Ya, aku ingin seperti melati-melati yang
dibasahi air hujan ini. Aku ingin seperti melati putih, walaupun kecil tapi
mencolok. Yang selalu hidup dalam kesederhanaannya. Aku ingin seperti melati
putih yang mekar tanpa noda, yang tidak pernah berdusta dengan apa yang
ditampakkannya. Aku selalu ingin menjadi melati putih yang tidak pernah
berhenti menyebarkan aromanya yang harum nan lembut. Aku sangat ingin mejadi
melati yang selama ini berguna bagi setiap manusia, bukan hanya saat dia mekar
tapi ketika masih kuncup dan saat sudah layu gugur ke tanah. Aku benar-benar
ingin sepertinya.’
Dia sangat
menikmati suasana pagi itu. Dia menulis beberapa baris kalimat di buku
hariannya sambil duduk di kursi yang berada sejajar dengan pintu kaca kamarnya.
Memandangi melati-melatinya yang terguyur hujan. Hatinya bergelora, ingin
sekali dia berhujan-hujanan bersama
melati-melatinya. Merasakan dentuman setiap tetesan hujan yang turun di
depannya dan membayangkan kalau dia bisa menatap ke langit di tengah-tengah
hujan. Tapi itu tidak mungkin, fikirnya.
“Sampai kapan
kamu akan memandanginya tanpa berkedip seperti itu?” Tanya laki-laki yang bersandar
di rajang sampingnya duduk dan membuat konsentrasinya memandang hujan sedikit
terganggu, dia adalah Lee Jong Suk.
“Lalu bagaimana
dengan Oppa? Bukankah Oppa juga memandangiku dari tadi?” Gadis cantik yang baru
berumur 17 tahun itu berbalik bertanya sembari menutup buku hariaannya.
“Oppa hanya
tidak ingin mengganggumu.” Jawab Jong Suk.
“Dasar. Cepetan
bangun gih. Dokter macam apa yang jam segini baru bangun?” Yeojja yang bernama
Kim So Hyun tersebut bergegas merapikan ranjang bekas Jong Suk tidur dan
memunguti melati-melati yang berada di ranjang dan mejanya. Memang aneh, tapi setiap hari dia memang selalu memetik
melati-melatinya dan menaruhnya di kamarnya.
Jong Suk
berdiri berjalan keluar kamar dan menghelai nafas panjang. Memandangi hujan
yang semakin reda. “Bukankah salah satu cara menikmati sejuknya hujan adalah
tidur?”
“Oppa selalu
bilang ga suka melati dan marah kalau So Hyun menaburnya di kamar. Tapi kenapa
Oppa bisa tidur dengan sebegitu nyenyaknya?” Ejek So Hyun.
“Ya! Jangan
salah paham, kalau bukan karena sangking capeknya Oppa juga ga mungkin tertidur
di kamar kamu.” Jawab Jong Suk menoleh ke arah So Hyun.
“Jinja? Jadi,
besok kita beneran pulang kan?” So Hyun membuang melati-melati yang sudah layu
ke tong sampah.
“Kita pulang
bulan depan saja. Gimana kalau di Korea kamu ngedrop lagi seperti semalem?”
Kata Jong Suk.
“Aniyo, Oppa
please? So Hyun ga betah di sini. Lusa kan aniv pernikan Eomma sama Appa. Semua
barang juga udah So Hyun kemas. Bukankah Oppa sudah beli tiket?” So Hyun
berdiri di samping Jong Suk dan nyengir di depannya. Dia berusaha merayu
kakaknya itu.
“Siro!” Sahut
Jong Suk.
Ekpresi So Hyun
menjadi berbeda, yang sedari pagi dia tersenyum bahagia berubah jadi murung. Dia
meninggalkan Jong Suk begitu saja dan masuk ke dalam kamar. Keinginannya yang
menggebu-gebu secara singkat sirna karena omongan kakaknya itu. Sudah satu
tahun lebih dia meninggalkan Korea, meninggalkan kedua orang tuanya dan salah
seorang kakaknya lagi.
Jong Suk masih
berdiri di tempatnya dan memandang ke langit. Entah apa yang difikirkannya, dia
tampak merasa bersalah kepada So Hyun. Sebenarnya dia tidak tega menolak
permintaan dongsaengnya itu. Tapi demi kebaikan So Hyun dia harus tegas kepada
adik perempuan satu-satunya itu.
Sejenak dia
memejamkan mata, tiba-tiba So Hyun memeluknya dari belakang. “Ya! Apa yang kamu
lakukan?” Tanya Jong Suk.
“Sebentar saja
Oppa.” So Hyun memeluknya begitu erat dan lama. Sampai beberapa waktu mereka
masih terdiam.
“Oppa, gumawo.”
Terusnya.
“Kamu ingin
merayu Oppa lagi?”
“Ani.” Ucap So
Hyun masih memeluk Jong Suk dan menyandarkan kepalanya di pundak Jongsuk.
“Apa kamu tahu?
Sikap kamu yang melas kaya gini tuh lebih nakutin daripada sifat asli kamu yang
bawel dan ga mau ngalah kaya biasanya. Arrasoyo kita pulang besok, jadi lepasin
tangan kamu.” Jelas Jong Suk.
Dia tersenyum
di balik punggung Jong Suk. Begitulah dia merayu kakak yang di sayanginya itu. Baginya
menderita penyakit kanker darah adalah kehendak Tuhan yang membuat hidupnya
lebih bermakna dan lebih bahagia dibanding orang lain. Karena leukimia dia
mengenal Jong Suk, karena leukimia dia memiliki kakak tiri seorang dokter yang
kata orang pendiam tapi sangat cerewet di depannya dan karena leukimia juga kakak
tirinya itu selalu berada di sampingnya.
“Biasanya Oppa
yang selalu meluk So Hyun. Sekarang, biarkan beberapa saat So Hyun yang meluk
Oppa. Mungkin di Korea nanti So Hyun tidak bisa sering-sering memeluk Oppa
seperti ini.”
***
Seul,
2016
Kim
Woo Bin duduk di lobi sebuah perusahaan besar. Beberapa orang terlihat heran
melihatnya, pasalnya di datang masih memakai seragam militer kebesarannya.
Bukan hanya itu dia datang membawa tas ransel yang terlihat berat entah apa itu
isinya. Ya, dia datang ke perusahaan Ayahnya. Siapa sangka anak seorang chaebol
Ketua Hwankim Group (maaf groupnya menghayal hahaha) adalah seorang tentara.
Seorang
karyawan perempuan yang terlihat anggun dengan baju kerjanya, datang
menghampiri Woo Bin. “Woo Bin-Ssi?” Tanyanya.
Woo Bin
tersenyum dan menjawab, “Ne”.
“Sajangnim
sudah menunggu di ruangannya. Silahkan ikuti saya.” Kata wanita yang bernama Go
Ah Ra itu.
Mereka berjalan
menuju lift, Woo Bin yang berjalan di samping Ah Ra terus memandanginya. Sampai
di dalam lift, Woo Bin memulai pembicaraan.
“Apa anda bagian
Personalia?” Tanya Woo Bin memulai pembicaraan.
“Bukan. Saya
Manager Departemen Marketing.” Jelas Ah Ra dengan senyum manis.
“Lalu kenapa
bukan bagian resepsionis yang mengantar saya?” Tanya Woo Bin lagi.
“Beliau Bapak
Ketua yang meminta saya untuk menjemput anda. Maaf jika saya tidak sopan, ada
keperluan apa anda datang ke perusahaan kami? Baru sekali ini kami kedatangan
tamu seorang militer seperti anda.”
“Hanya beberapa
urusan.” Jawab Woo Bin singkat.
Bukan sebuah kebetulan dia bertemu dengan
gadis yang disukainya. Gadis yang beberapa tahun sering dia temui di perusahaan
Ayahnya itu, tapi sampai sekarang gadis itu belum mengenalinya.
“Haboeji pasti
sudah merencanakannya.” Kata Woo Bin memulai pembicaraan di dalam ruangan
Ayahnya.
“Sejak kapan
kamu menjadi pengecut? Sampai sekarang kamu masih belum mengajaknya berkenalan?
Jadi kamu datang kesini untuk menemuiku atau menemui manager Go?” Tanya
Ayahnya.
“Bagaimana
Haboeji bisa tahu? Hahahah”
“Kau ini anakku
jelas aku tahu. Setiap datang ke sini, dialah yang kamu tanyakan.”
Mereka
melakukan pembicaraan begitu hangat. Pembicaraan antara seorang Ayah dan
putranya. Begitulah ketika mereka sudah bertemu, karena besoknya belum tentu
mereka bertemu lagi. Woo Bin tidak setiap saat ada di rumah. Bahkan sebagian
besar hidupnya dia gunakan untuk mengabdi kepada negara.
Dia adalah anak
tertua di keluarganya dan seharusnya menjadi pewaris Hwankim Group. Tapi Ayahnya
adalah Ayah yang bijaksana. Dia tidak pernah mengekang anak-anaknya dan
membiarkan anaknya memilih jalannya sendiri.
Sebenarnya dia
datang ke perusahaan Ayahnya itu untuk membagikan undangan ulang tahun
pernikahan Ayah dan Ibunya secara diam-diam. Dia mengundang direktur, manager
dan beberapa teman dekat Ayahnya begitupun suadara-saudaranya. Dia ingin
memberikan surprise party untuk kedua orang tuanya.
Yang kebetulan
saat itu dia juga tahu kalau kedua adiknya akan segera kembali ke Korea.
***
Woo Bin
terbangun dari tidurnya. Kali ini dia memang sengaja bangun siang, karena
jarang-jarang dia bisa bermalas-malasan seperti itu. Rambutnya masih
acak-acakan, dia turun menyusuri tangga sembari melihat Ibunya sibuk di dapur
dan Ayahnya sibuk merapikan melati-melati yang di tanam di dalam rumah di
samping ruang keluarga. Di mana di ruang samping ruang keluarga itu sengaja
dibuat taman tanpa atap, sehingga jika hujan maka air akan turun dan menyatukan
suasana alam yang sejuk dan ruang keluarga yang hangat. Tidak lupa air mancur
buatan pun di taruh di sela-sela tanaman melati itu dan di tengahnya ada kolam
ikan kecil.
“Omo, sejak
kapan ada taman di dalam rumah ini? Haboeji seperti anak kecil saja.” Kata Woo
Bin melihat kegiatan Ayahnya dan duduk di kursi ruang makan. Sudah banyak makanan
yang di hidangkan oleh Ibunya.
“Ini untuk
adikmu.” Jawab Ayahnya menyiram melati-melati tersebut.
“Kenapa Haboeji
selalu memanjakannya seperti anak kecil saja? Umurnya sudah 17 tahun.” Ucap Woo
Bin, dia mencium bau makanan-makanan yang di hidangkan di depannya. “Apa ini
makanan sengaja Eomma buat untuk menyambut kedatanganku?” Terusnya.
“Ani. Ini untuk
menyambut adik kesayanganmu, So Hyun.” Senyum Ibunya sambil memasak di bantu
oleh para pelayan.
“So Hyun kan ga
boleh makan makanan seperti ini.” Kata Woo Bin sambil mencicipi.
“Benar. Boleh
kamu habiskan tapi tunggu sampai dia datang.” Jawab Ibunya.
“Jadi jam
berapa dia akan pulang?” Tanya Woo Bin.
Belum sempat
Ibunya itu menjawab pertanyaan Woo Bin, So Hyun sudah datang di hadapan mereka.
“Ya Oppa!
Bukankah Oppa sudah keterlaluan? Kenapa Oppa tidak membaca dan mengangkat
telefonku?” So Hyun langsung menghampiri Woo Bin dan menepuk dengan keras
pundak kakaknya.
“So Hyun-ah,
Aphayo! Jangan selalu melakukan kebiasan burukmu itu pada kakakmu ini. Hp Oppa
ada di atas jadi Oppa ga ngerti kalau kamu nelfon Oppa.” Jawab Woo Bin.
“Sudahlah.
Kenapa kalian masih saja bertengkar seperti anak kecil.” Sahut Ibunya sambil
membawa makanan ke meja makan.
So Hyun
mengejek Woo Bin dengan menunjukkan muka manyunnya dan memeluk Ibunya. “Eommoni, So Hyun kangen.”
“Iya, Eomma
juga kangen sama kamu. Duduklah Eomma masakin spesial buat kamu.” Balas Ibunya.
“Di mana Jong Suk?” Tanya Ayahnya.
“Anyyeong.”
Jong Suk datang terlambat dengan membawa banyak barang di bantu oleh para
pelayan.
Woo Bin
bertanya pada So Hyun, “Kenapa tidak kamu bawa sendiri barang-barangmu malah
menyuruh Oppamu itu yang membawanya?”
“Begitulah
adikmu itu Hyung.” Sahut Jong Suk tersenyum sinis pada So Hyun.
“Ara, Arassoyo
So Hyun akan membawanya ke atas.” Jawabnya ketus menghampiri Jong Suk,
bersama-sama mereka membawa barang ke kamar So Hyun.
Sampai di kamar
dia tersenyum-senyum sendiri melihat isi kamarnya. Di sebelah kanan ada ranjang
miliknya. Di sebelah kiri rak buku yang lumayan besar terisi oleh buku-buku
yang di koleksinya. Dan seluruh dindingnya yang terkesan ramai berisi
poster-poster artis Korea, foto Lee Min Ho, foto Park Bo Gum, foto Super
Junior, foto Exo dan beberapa foto boyband lainnya mengisi seluruh ruangan
kamarnya. Kemudian dia membuka kopernya dan membuka poster Song Joong Ki yang
ia gulung.
Jong Suk pun
hanya mengelengkan kepala melihat semua itu, “Benar-benar ABG Alay.” Cetus Jong
Suk.
“Ya! Jangan
mengejekku seperti itu, Oppa juga pasti pernah mengalaminya waktu masih SMA.”
Jawab So Hyun.
“Hm.. Molla.
Oppa harus pergi ke rumah sakit pagi ini. Jadi sisanya kamu beresin sendiri.”
Jawab Jong Suk balik.
“Baru pulang
udah ke rumah sakit? Oppa ini manusia apa robot, emang ga capek? Jangan lupa
nanti malem acara ulang tahun pernikahan Eomma dan Appa.”
“Siap.”
Jong suk
meninggalkan So Hyun di kamarnya. So Hyun langsung duduk dan berbaring di atas
ranjangnya sambil menatap atap. Kamar hangat yang sangat di rindukannya, kamar
yang menjadi temannya ketika kesakitan, kamar yang mejadi temannya juga ketika
dia bahagia. Selama hampir 16 tahun dia menghabiskan waktunya di kamar itu.
Membaca dan menulis buku itulah yang dilakukannya ketika bosan.
Bahkan novel
dan cerita anak yang di tulis dan diterbitkannya sudah tersebar di Korea.
Ketika di Amerika pun dia sudah menerbitkan beberapa buku dengan bahasa
Inggris. Walaupun dia tidak pernah pergi bersekolah tapi dia cukup pintar
bahkan lebih pintar dari teman-teman sebayanya yang sekolah. Semenjak dia
didiagnosa terkena penyakit tersebut Ayahnya melarangnya bersekolah dan
menyuruhnya untuk les privat di rumah. Itu tidak buruk baginya, namun kadang
dia sesekali ingin pergi ke sekolah dan memiliki banyak teman.
“So Hyun-ah.
Cepetan turun, kamu mau makan atau tidak?” Teriak Woo Bin.
Dia pun
bergegas turun ke bawah. Saat di tangga dia baru melihat bahwa ada pohon melati
di dalam rumahnya.
“Chota!”
Ucapnya berjalan perlahan menuruni tangga, melihat melati-melati tersebut
terkena kilauan cahaya matahari yang dipantulkan air dari kolam ikan.
Lalu dia
berlari menghampiri Ayahnya dan menciumi bau melati-melati yang sedang mekar
pagi itu. “Segarnya.” Ucapnya.
“Oppa punya
tiket super junior. Kamu mau?” Kata Woo Bin masih asyik duduk di meja makan.
“Jinja?” So
Hyun teralihkan.
“Oppa tuker
sama melati-melati kamu itu.”
“Siro!” Teriak
So Hyun.
***
Malam pun tiba.
So Hyun sudah cantik mengenakan setelah kemeja dan rok pendek putihnya dan
beberapa bunga melati asli yang dia hiaskan di rambutnya. Begitupun Woo Bin dia
tampak gagah mengenakan jas hitam dan celana hitam dengan dasi kupu-kupu di
lehernya dan rambutnya yang dia beri sedikit minyak rambut terlihat lebih
maskulin. Sementara itu Jong Suk baru saja datang, dengan rambut belah
tengahnya. Tampilannya biasa saja tapi terlihat cocok dengan stylenya.
“Apa sudah
siap?” Tanya Jong Suk kepada So Hyun dan Woo Bin yang duduk di ruang keluarga.
Mereka mengelengkan kepala.
Sesaat kemudian
datanglah Ibu dan Ayah mereka.
“Kenapa Eomma
sama Appa lama sekali sih.” So Hyun tampak kesal.
“Mianhae
semuanya. Bukankah seharusnya Eomma terlihat cantik hari ini? Jadi, di mana
kita akan makam malam?” Tanya Ibunya.
“Kita makan
malam di belakang rumah saja.” Jawab Woo Bin.
“Di rumah?
Siapa yang akan masak? Kita makan di luar saja khusus hari ini.” Sahut Ayahnya.
“Aniyo, kita
makan di taman belakang rumah saja.” Tegas So Hyun.
Ayah dan Ibunya
tampak kecewa. Pasalnya mereka sudah tampil berbeda untuk merayakan hari ulang
tahun pernikahan mereka dan makam malam bersama di restoran besama-sama akan
tetapi anak-anaknya meminta untuk makan di rumah.
Mereka pun
berjalan berjalan bersama menuju taman di samping kolam renang belakang rumah
mereka. Sang Ayah dan Ibunya tampak berbicara satu sama lain. So Hyun pun sibuk
bercanda dan tertawa dengan Woo Bin. Dan Jong Suk, dia hanya diam sambil
berjalan di belakang mereka.
“Kita makan di
sini? Dan kalian belum menyiapkannya? Gelap-gelapan seperti ini?” Tanya
Ayahnya.
So Hyun
mengangguk, “Lalu apa yang kita makan? Tidak ada makanan di sini.” Lanjut
Ibunya.
Kemudian lampu
taman tiba-tiba hidup, juga lampu-lampu kecil yang dihiaskan di ranting-ranting
pepohonan.
“Happy
Anniversary!” Teriak semua orang yang datang membuat suasana sepi menjadi
meriah.
Ayah dan Ibu
mereka pun tampak syok, mereka sepertinya tidak percaya. Ternyata anak-anaknya
memberikan kejutan yang sebegitu meriahnya bagi mereka. Para pelayan pun
berdatangan menyiapkan dan menghidangkan banyak makanan di atas meja.
Ibunya pun tak
kuasa membendung kebahagiaan air mata menetes dari matanya.
“Ya Eomma!
Jangan nangis. Selamat hari pernikahan kalian satu dekade. Semoga kalian di
beri umur panjang sampai bisa ngeliat So Hyun, Jong Suk Oppa dan Woo Bin Oppa
sukses nantinya.” So Hyun memeluk hangat Ibunya lalu Ayahnya.
Begitu pula
dengan Woo Bin dan Jong Suk. Juga para tamu undangan, satu per satu mereka
mengucapkan selamat dan mendo’akan kedua orang tua mereka. Sampai akhirnya
orang tua mereka sibuk berbincang-bincang dengan para tamu undangan.
So Hyun dan Woo
Bin mengambil microphone.
“Test test.”
Ucap So Hyun mengetes microphone membuat perhatian semua orang tertuju padanya.
“Selamat malam
semuanya. Kami ucapkan terima kasih kerena sudah menerima undangan kami dan
meluangkan waktu untuk datang ke sini. Kami juga mengucapkan selamat hari pernikahan
yang ke 10 tahun untuk Haboeji dan Eomma kami tercinta. Semoga langgeng sampai
maut memisahkan dan tetaplah jadi orang tua yang baik untuk kami. Woo Bin, So
Hyun dan Jong Suk sangat menyayangi kalian.” Kata Woo Bin.
“Walaupun suara
kami sedikit fals, tapi malam ini kami akan mencoba mempersembahkan yang
terbaik untuk orang tua kami. Kami akan menyanyikan lagunya Jeff Bernat yang
judulnya Be The One (Ini lagu beneran bagus hehe bukannya mau promosi sih. Yang
tahu drama Fated To Love You pasti tahu Ost ini). Lagu romantis ini kami
persembahkan untuk Orang tua kami.” Terus So Hyun.
Jong Suk lalu
datang di tengah-tengah mereka dan duduk di depan piano. Kemudian memainkan
jari-jarinya mencipatakan alunan nada lagu Be The One yang indah. Sedangkan So
Hyun dan Woo Bin terhanyut menyanyi dalam alunan nada yang indah itu.
Semua mata pun
tertuju pada mereka. Suanana yang semulai ramai menjadi hening. Mereka tampak
terpesona dengan penampilan Lee Jong Suk. Dokter yang di kenal pendiam dan aneh
itu rupanya jago bermain piano.
Go Ah Ra yang
sejak tadi berada di tempat itu pun tanpa berkedip memandangi Jong Suk. Yah,
Woo Bin lah yang ternyata yang mengundangnya. Dia baru tahu kalau laki-laki
yang di temuinya di kantor waktu itu adalah putra pemilik Hwankim Group.
Melihat ulang
tahun pernikahan ketua Hwankim Group tersebut, Go Ah Ra tersadar bahwa Lee Jong
Suk adalah saudara tiri mereka. Tapi kenapa keluarga mereka terlihat sangat
bahagia dan sangat dekat di banding keluarga-keluarga orang lain? Itu lah
pertanyaan dalam hati Go Ah Ra.
Matanya masih tertuju
pada Lee Jong Suk. Seorang dokter teladan di Rumah Sakit Kimbae milik Hwankim
Group. Dokter lulusan S2 Harvard University di Cambrigde. Yang sering menjadi
relawan apabila terjadi bencana alam di berbagai negara. Ah Ra terkagum-kagum.
Karena selain dirinya, banyak orang yang belum tahu bahwa dokter tersebut
adalah anak tiri dari Ketua Kim.
Hari pun
semakin malam, banyak tamu undangan yang sudah pulang. Tapi banyak pula yang
masih berbicang-bincang satu sama lain. Tiba-tiba hujan datang menggujur. Hujan
yang datang tanpa di sadari oleh semua orang. Mereka berlarian mencari tempat
teduh, banyak pula yang berpamitan.
Malam itu So
Hyun tak sengaja sendirian. Di sela-sela acara ulang tahun orang tuanya itu dia
sibuk mengamati melati-melati yang di tanamnya dulu di belakang rumah. Sekarang
melati itu semakin banyak. Di saat semua orang berhamburan karena rintik hujan,
dia masih berdiri di tempatnya. Untuk pertama kalinya dia merasakan tetesan air
hujan.
Dia menatap ke
arah langit, dan menengadahkan kedua telapak tangannya. Dia bahkan lupa
bagaimana rasanya hujan-hujanan. Hujan pertama yang dia rasakan semenjak
didiagnosa terkena leukimia. Dia menutup kedua matanya dan tersenyum merasakan
setiap tetesan air hujan yang membasahi wajah dan seluruh tubuhnya. Dia sangat
menikmatinya.
Dan saat dia
membuka mata, Lee Jong Suk berada beberapa meter di depannya membawa sebuah
payung.
“Oppa.” Kata So
Hyun.
Jong Suk
terdiam dengan muka datarnya. Wajahnya serius, dia memandang So Hyun tanpa
berkedip.
“Oppa.” Ucap So
Hyun sekali lagi.
Tapi Jong Suk
masih diam. Dia malah meninggalkan So Hyun begitu saja. Ah Ra yang melihat
kejadian tersebut pun ternganga. Dalam fikirannya, Jong Suk benar-benar aneh
seperti yang orang-orang bicarakan.
So Hyun
tertunduk dalam hujan. Kakaknya itu pasti marah besar padanya.
“Ya! So
Hyun-ah! Kenapa kamu hujan-hujanan seperti ini.” Woo Bin datang dengan mencopot
Jasnya berusaha melindungi So Hyun dari hujan dan mengajaknya berteduh.
***
Apakah Lee Jong Suk benar-benar marah? Bagaimana juga reaksi Go Ara melihat Jong Suk? Tunggu ya Chapter selanjutnya. Terima kasih sudah membaca. Di bawah ini saya post poster Chapter 2nya, bye bye.